Sabtu, 10 Juli 2010

PERLUKAH ISLAM DIBUBARKAN?

Tidak ada agama yang mencerminkan kedamaian, bayangin aja kalo anda percaya ada Tuhan yang membeda-bedakan manusia dari kepercayaan agamanya untuk dihadiahi sorga dan menghukum dengan neraka hanya karena beda kepercayaannya, maka bagaimana bisa mendambakan kedamaian dengan Tuhan yang seperti ini ???

Tuhan menjanjikan sorga itu bukan untuk mereka yang baik tapi kepada mereka yang percaya, dan menyembahnya. Ini saja sudah membuat manusia itu tidak pernah bisa hidup berdamai.

Jadi memang FPI itu merusak kehidupan damai, tetapi itulah cermin asli bagaimana ajaran Islam yang sejatinya.

Jangan ngomongin membubarkan FPI, ngomonginlah pelarangan Islam yang akan otomatis membubarkan FPI dengan sendirinya. Karena BERDASARKAN AJARAN ISLAM, apa yang dilakukan FPI sama sekali tidak ada salahnya dan semua sejalan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Kalo tidak mampu melarang ajaran Islam seperti melarang ajaran Komunisme, maka janganlah ribut-ribut untuk mendambakan kehidupan damai karena kehidupan damai itu satu syaratnya adalah melarang semua ajaran Islam itu diajarkan di semua sekolah diseluruh Indonesia sama seperti dalam melarang ajaran Komunisme.

Di semua negara yang damai, ada larangan mengajarkan Islam disemua tempat-tempat publik termasuk disekolah-sekolah Publik. Jadi hal ini udah ada buktinya, tidak ada satupun negara-negara Islam yang bisa hidup damai, rakyatnya selalu cari jalan mencari suaka keluar negaranya untuk pindah kenegeri yang damai.

Oleh. Ny. Muslim Binti Muskitawati

Note: Tindakan Brutal FPI (Front Pembela Islam), FBR (Front Betawi Rempug), FUI (Forum Umat Islam) yang suka main hakim sendiri dan merusak rumah-rumah ibadah agama lain jelas mencoreng nama ISLAM sendiri. Tindakan Ganas, Buas dan Sadis terhadap Jemaah Ahmadiyah semakin membuktikan kebenaran bahwa Islam memang bukan AGAMA DAMAI, bahkan Islam bukan AGAMA.

Filsuf Perancis yang bernama Ernest Renan pernah berkata : "Umat Muslim adalah korban pertama dari Islam. Membebaskan seorang Muslim dari agamanya adalah Hal Terbaik yang bisa kita lakukan." Mengapa demikian? Karena Geertz Wilder mengatakan ISLAM adalah IDEOLOGI TEROR, tak ada Kedamaian dalam Ideologi ini. Bahkan baru-baru ini, Lee Kuan Yew, Mantan PM dan Menteri Paling Senior dari Singapore berkata: “Kami bisa mengintegrasikan semua agama dan ras kecuali Islam”. (www.buktisaksi.com)

Kamis, 08 Juli 2010

MELARANG KOMUNISME BUKAN BERARTI MENYETUJUI SYARIAH ISLAM

Kita sudah jelas, melarang Komunisme dan melarang Syariah Islam. Komunisme tidak bisa dijadikan dasar negara, dan Syariah Islam sejak hari pertama negara ini terbentuk juga sudah ditolak oleh Bung Karno.

Wajar, kalo kita melarang Komunisme juga harus melarang FPI, karena FPI ini mengemban misi tegaknya Syariah Islam di Indonesia.

PKI mengemban misi tegaknya komunisme di Indonesia harus kita larang, tapi FPI yang mengemban misi tegaknya Syariah Islam yang terlarang di Indonesia, otomatis juga harus dilarang.

Entah darimana datangnya paham bahwa UU yang melarang Komunisme bisa menjadi izin disyahkannya Syariah Islam. Melarang PKI sama tingkatannya dengan melarang FPI, keduanya sama-sama musuh bangsa dan negara RI. (Oleh: Muskitawati)

Senin, 05 Juli 2010

MARILAH KITA MEMIKIRKAN KEMBALI SOAL BURQA

Quran memang menyarankan pemakaian purdah. Namun itu tidak berarti bahwa kaum wanita harus menaatinya.

Ibu saya mengenakan purdah. Ia memakai burqa dengan cadar jaring di wajahnya. Itu mengingatkan saya akan penyimpanan daging di rumah nenek saya. Ada yang dengan pintu jaring yang terbuat dari kain, yang lainnya dari besi. Tetapi tujuannya sama, yaitu: untuk menyimpan daging agar tetap aman. Ibu saya diharuskan memakai burqa oleh keluarganya yang konservatif. Mereka mengatakan padanya bahwa mengenakan burqa berarti menaati Allah. Dan jika anda menaati Allah, Ia akan senang padamu dan tidak akan membiarkanmu dibakar dalam api neraka.

Ibu saya takut pada Allah dan juga pada ayahnya. Ayahnya mengancamnya dengan hukuman yang berat jika ia tidak mau mengenakan burqa. Tidakkah kau merasa gelap gulita di dalamnya? Tidakkah kau susah bernafas? Tidakkah engkau merasa marah? Tidakkah kau merasa ingin membuangnya? Ibu saya hanya pasrah. Ia tidak dapat berbuat apa-apa soal itu. Tapi tidak dengan saya. Ketika saya berusia 16 tahun, saya dihadiahi sebuah burqa oleh salah seorang kerabat saya. Saya membuangnya.